Minggu, 12 Februari 2017

Kisah inspiratif : tujuan utama mendidik anak adalah menjadi shaleh/shalihah, bukan menjadi kaya

*KISAH INSPIRATIF*

Seorang bapak kira-kira usia 65 tahunan duduk sendiri di .  sebuah  lounge bandara Halim Perdana Kusuma, menunggu pesawat yang akan menerbangkannya ke Jogja.
Kami bersebelahan hanya berjarak satu kursi kosong. Beberapa  menit kemudian ia menyapa saya.

_“Dik hendak ke Jogja juga?”_

_“Saya ke Blitar via Malang, Pak. Bapak ke Jogja?”_

_“Iya.”_

_“Bapak sendiri?”_

_“Iya.”_ Senyumnya datar. Menghela napas panjang._“Dik kerja dimana?”_

_“Saya serabutan, Pak,”_ sahut saya sekenanya.

_“Serabutan tapi mapan, ya?”_ Ia tersenyum. _“Kalau saya mapan tapi jiwanya serabutan.”_

Saya tertegun. _“Kok begitu, Pak?”_

Ia pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun lalu. Dia memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar. Yang sulung sudah mapan bekerja. Di Amsterdam. Di sebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia.  Yang bungsu, masih kuliah S2 di USA.

Ketika ia berkisah tentang rumahnya yang mentereng di kawasan elit Pondok Indah Jakarta, yang hanya dihuni olehnya seorang, dikawani seorang satpam, 2 orang pembantu dan seorang sopir pribadinya, ia menyeka airmata di kelopak matanya dengan tisue.

_“Dik jangan sampai mengalami hidup seperti saya ya. Semua yang saya kejar dari masa muda, kini hanyalah kesia-siaan. Tiada guna sama sekali dalam keadaan seperti ini. Saya tak tahu harus berbuat apa lagi. Tapi saya sadar, semua ini akibat kesalahan saya yang selalu memburu duit, duit, dan duit, sampai lalai mendidik anak tentang agama, ibadah, silaturrahmi dan berbakti pada orang tua._

_Hal yang paling menyesakkan dada saya ialah saat istri saya menjelang meninggal dunia karena sakit kanker rahim yang dideritanya, anak kami yang sulung hanya berkirim SMS tak bisa pulang mendampingi akhir hayat mamanya gara-gara harus meeting dengan koleganya dari Swedia. Sibuk. Iya, sibuk sekali…. Sementara anak bungsu saya mengabari via WA bahwa ia sedang mid - test di kampusnya sehingga tidak bisa pulang...”_

_“Bapak, Bapak yang sabar ya….”_
Tidak ada kalimat lain yang bisa saya ucapkan selain itu.

Ia tersenyum kecut.
_“Sabar sudah saya jadikan lautan terdalam dan terluas untuk membuang segala sesal saya dik..._
_Meski telat, saya telah menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup manusia, yakni sangkan paraning dumadi. Bukan materi sebanyak apa pun. Tetapi, dari mana dan hendak ke mana kita akhirnya. Saya yakin, hanya dari Allah dan kepada-Nya kita kembali. Di luar itu, semua semu. Tidak hakiki..._ 

_Adik bisa menjadikan saya contoh kegagalan hidup manusia yang merana di masa tuanya….”_

Ia mengelus bahu saya –saya tiba-tiba teringat ayah saya.
Spontan saya memeluk Bapak tsb..
Tak sadar menetes airmata..
Bapak tua tersebut juga meneteskan airmata....
...... *kejadian ini telah menyadarkan aku, bahwa mendidik anak tujuan utamanya harus shaleh bukan kaya. Tanpa kita didikpun rejeki anak sudah dijamin oleh Tuhan, tapi tidak ada jaminan tentang keimanannya, orang tua yg harus berusaha untuk mendidik dan menanamkannya.*

Di pesawat, seusai take off, saya melempar pandangan ke luar jendela, ke kabut-kabut yang berserak bergulung-gulung, terasa diri begitu kecil lemah tak berdaya di hadapan kekuasaan-Nya...

*HIDUP ITU SEDERHANA SAJA*..

*MENJEMPUT REZEKI YG TELAH ALLAH TETAPKAN*.

*CARI BERKAH NYA, BUKAN JUMLAH NYA*

Sumber : postingan di grub WA pecinta sholawat (akhwat only)

Rabu, 01 Februari 2017

Cara mandi Rasulullah SAW

CARA MANDI RASULULLAH SAW....
( sangat bermanfaat untuk kesehatan kita )
Yang diajarkan oleh Baginda SAW......
1. Bermula dari segayung siram di telapak kaki.
2. Segayung di betis.
3. Segayung di paha.
4. Segayung di perut.
5. Segayung di bahu.
6. Berhentilah sejenak 5-10 detik sesa'at.
●Kita akan merasakan seperti uap/angin yang keluar dari ubun-ubun bahkan meremang,... setelah itu lanjutkan dengan mandi seperti biasa,(cara tiap mandi kita sendiri).
●Hikmahnya:
Seperti pada gelas yang diisi air panas kemudian kita isi dengan air sejuk. Apa yang terjadi? Gelas akan retak !!!
●Jika pd tubuh kita ...mk apa yang terjadi ?
Suhu tubuh kita cenderung panas dan air itu sejuk, maka yang terjadi jika kita mandi langsung menyiram pada badan atau kepala, angin yang harusnya keluar jadi terperangkap atau boleh jd penyebab kematian dikarenakan pecahnya pembuluh darah.
●Maka sebab itu kita sering menjumpai orang jatuh di Kamar mandi tiba-tiba kena 'stroke'. Boleh jadi kita sering masuk angin dikarenakan cara mandi kita yang salah. Boleh jadi kita sering migrain dikarenakan cara mandi yang salah.
●Cara mandi ini baik bagi semua tingkatan umur terutama yang sakit diabetes, darah tinggi, kolesterol dan migrain/sakit kepala sebelah. Insya Allah..

{Silahkan dishare ilmu untuk kemashlahatan bersama ganjarannya akan ttp mengalir walau kita sudah berada di Alam Barzah }

Terima kasih saudara2 ku seiman... Semoga Allah mengumpulkan kita didalam Firdaus-Nya...aamiin Allahumma Aamiin yaa Robbal'Alamiin☺☺
Mdh2an bermanfaat & dpt qt amalkan,..

#Sunah_Nabi
#Ahlul_Khidmah

Sabtu, 28 Januari 2017

*-TOLONG SURUH BACA ANAK KITA LAKI2 (LANANG) TIDAK SAMPAI 5 MENIT*-

*-TOLONG SURUH BACA ANAK KITA LAKI2 (LANANG) TIDAK SAMPAI 5 MENIT*-

            *P  E  S  A  N*
                  *untuk*
        *ANAK LAKI LAKI*                                                      
Apabila Orang tua kita meninggal...........

Turunlah dalam liang kubur dan sambutlah jenazah Beliau........... !

Buka penutup keranda *(tempat usungan jenazah)*, angkat jenazah Ibu Ayah kita.

Biarkan kita yang memutarkan mayat Ibu Ayah kita menghadap ke Kiblat........ !

*Kita yang melakukan* !

Bukan hanya menyaksikan saja orang lain yang melakukan.

*Allahu Robbi*........

Terakhir kali ini Aku melihat ayah Ibu.........                                          
��Biarkan kita yang merelai ikatan di kepala dan di tubuh Beliau.....��������

��Pegang perlahan-lahan badan ayah Ibu kita.......��������

��Arahkan Beliau dengan baik-baik, ambil gumpalan tanah dan letakanlah di belakang tengkuk ayah Ibu kita............

��Ayah ibu .........., terakhir kali inilah Aku melihat Mu.......������

��Terlintas dalam hati kita sambil memegangnya…......

��Kenanglah pengorbanan ibu saat mengandung kita, saat terlahir tangannya lah yang mengelus lembut wajah kita��������

��Ingat sejak kita bayi, kitalah yang mengencingi wajahnya, kaki kitalah yang menendang nendang wajahnya, tapi ibu tetap tersenyum,..tangan yang penuh kelembutan yang menyuapi makanan ke mulut kita, tak rela sehelai nyamukpun menggigit tubuh kita, siang malam ditungguinya istirahat kurang tidurnya terganggu oleh kita... Sekarang tidur untuk selamanya��������

��Ingat hari pertama kita bisa berjalan, bisa bicara, hingga sampai besar tak jarang kita membentak bahkan memaki ibu bapak kita, tatapan kita yang sinis ucapan kita yang sering melukai ..........

�� kita bisa bersekolah kita bisa berpakaian yang layak tetapi dibalik itu ayah kita peras keringat banting tulang agar kita tidak dihina orang, ayah cari pinjaman uang kesana sini mengurangi makan menjual barang kesayangannya agar terpenuhi kebutuhan ank�� Akankan kita rela sebagai anak ..�� Ayah ibu kita terhimpit tanah kubur, melolong�� menjerit diliang lahat menanti doa dari anak yang soleh soleha������??

��Naiklah ke atas dan duduklah di tepi makam Beliau. *-Hari terakhir ini lihatlah, tidak ada benda apapun yang bisa kita berikan untuk bekal Beliau kecuali hanya Doa :*-                               
*Ya ALLAH*....������

*_Aku angkat tanganku Ya ALLAH_*..............
������
*_Aku ridho Kau ambil ayah Ibuku Ya ALLAH_*......������

*Ayah Ibu yang mendidik & membesarkan Aku_*.������

*_Ya ALLAH hari ini Aku tinggalkan ayah Ibu Ya ALLAH_*.

*_Aku serahkan ayah Ibu atas urusan Mu belaka Ya ALLAH_*....������

*_Aku tengadahkan tanganku Ya ALLAH_*...........
������
*_Kami memohon dengan sangat Engkau ampunkan dosa-dosa ayah Ibuku,Ya ALLAH_*........ !
����������
*_Kasihani ayah Ibuku Ya ALLAH_*!������

*_Ya ALLAH luaskan dan lapangkan kuburnya, terangi dan cahayai kuburnya, bahagiakan dialam kuburnya jangan sedikitpun tersiksa,aku titip orang tuaku ya ALLAH ..._*������

*_Ya ALLAH jadikan setiap tetesan darahnya, keringatnya selama membesarkan aku menjadi saksi betapa beliau menyayangi aku..*-
������������
*_Ya Allah sayangi Beliau dan masukan ke surgamu tanpa hisab Ya Allah_*...........
����������

Maka akan beruntunglah ayah Ibu kita, apakah ALLAH akan menolak do'a itu......... ?

_*ALLAH SWT tak akan menolak do'a ikhlas yang datang dari seorang anak yang soleh soleha*_

_*Pesan ini bagi sahabat-sahabat yang selagi Ayah ibu masih hidup. Doakan mereka, sayangi mereka & hormati serta muliakan disisa umur mereka...... karena Ridho ALLAH SWT adalah Ridhonya Orang tua.... Murka ALLAH adalah Murkanya Orang tua....*_

Dan bagi saudara saudara yang Ayah ibu telah tiada, mari kita bersama-sama mendo’akan Beliau............ ! Ada waktu kita pasti akan mengalaminya.... di pendam, diinjak2 dan di tinggalkan sendirian oleh orang di sekitar kita yg kita cintai..... Mudah2an pas giliran kita ALLAH SWT perintahkan malaikat Rahmatnya buat menemani kita....... Aaamiiiin

*Silakan sebarkan tulisan ini kepada semua saudara saudara kita karena berbagi kebaikan itu adalah hal yang harus dibudayakan*

_*SEMOGA SEDIKIT BERMANFAAT UTK ANAK ANAK CUCU KITA.....*

Sumber :postingan grup WA EIR (Event Islam Riau)

Selasa, 24 Januari 2017

Sepenggal kisah bersama hujan

Hujan,
Aku adalah orang yang penakut dengan hujan. Apalagi jika hujannya disertai kilat dan petir. Aku sangat takut..
Tapi disisi lain, aku sangat menyukai hujan.. yaa.. sangat suka.. kalian tau kenapa..? Karena hujan itu membuat aku dan semua keluargaku berkumpul dirumah. Bapak dan emak yang sedang bekerja di kebun tebu, kakak yang sedang memotong rumput untuk kerbau, dan kakak yang sedang menggembala kerbau.. Jika hujan turun, Mereka semua akan pulang ke rumah untuk menemani aku dan adik2 yang masih kecil.. Bahkan tak jarang, tetangga pun ku tahan di rumah, untuk menemani kami..

Aku selalu takut jika harus sendirian saat hujan turun, apalagi jika hujan itu turun diiringi sambaran kilat dan petir.. Itulah sebabnya aku berani meminta tetanggaku untuk menemaniku saat hujan.. Dan ternyata keputusanku salah.. Aku meminta orang lain untuk menemani kami saat hujan, yang datangnya selalu berulang. Meski tak setiap hari, namun hujan sering datang, begitupun dia (tetangga). Hingga pada akhirnya dia benar-benar masuk ke keluargaku.. Tapi aku tak mengharapkan keadaan ini. Dan aku tak pernah menyangka keadaannya akan seperti ini. Hujan yang dulu ku sukai, sebab ia menyatukan keluargaku, sekarang malah memasukkan orang lain dalam keluargaku. Merubah keadaan keluargaku.. yaa semuanya berubah..

Dan hingga kini, aku tak lagi menyukai hujan, sebab aku disini sendiri. Entah itu hujan, entah itu panas, aku tetap sendiri.. tak ada mereka lagi.. mereka jauh..

Kini, bagiku hujan hanya mengingatkanku pada kebahagiaan lama, kebahagiaan yang tak lagi dapat ku rasakan.. Meski begitu, aku percaya,bahwa hujan adalah rahmat, akan ada kebahagiaan lain yang kudapat saat hujan.. meski mungkin tak seperti kebahagiaan yang telah hilang.

~sepenggal cerita bersama hujan

Senin, 23 Januari 2017

Berdoa agar kembali seperti semula, "TANPA RASA".

@Regrann from @hijrahcinta_  -  ~
Ada yang diam-diam mengagumimu,
Menjagamu lewat doanya,
Menaruh rasa padamu,
Berharap bersama nantinya.
.
Namun ia merenungi,
Sepertinya ada yang salah di hati,
Dia bertanya dalam diri,
"Dimana ilmu menjaga hati yang dulu di pelajari?"
"Dimana ilmu menjaga hati yang dulu di pelajari?"
"Dimana ilmu itu?"
"Kenapa mudah menaruh hati, padahal sudah tau itu adalah rasa tak pasti?".
.
Kembali ia merenung,
Berusaha menolak rindu,
Mengubah rasa yang sempat ada,
Menjadi tawar sebab bukanlah haknya.
.
Sebenarnya,
Ia kadang merasa malu,
Sebab sempat pula berkeinginan jauh,
Berandai-andai,
Andai dia menjadi milikku,
Andai aku bersamanya saat ini,
Andai kelak aku bersama dengannya,
Andai.
Andai..
Dan berakhir lalai...
.
Dengan rasa malunya,
Ia tunduk dalam doa.
Bukan meminta didekatkan pada yang di cinta.
Ia meminta agar hati yang sempat lalai,
Kembali terjaga. -nafisah.rd-
.
Tertatih ia merindukan,
Tertatih pula mengiba pada-Nya untuk dikuatkan.
Ia berjuang,
Detik berubah menjadi menit,
Menit menjadi jam,
Jam menjadi hari,
Hari menjadi minggu.
Bulan.
Dan tahun.
.
Hingga pada akhirnya,
Perasaan yang terjadi,
Sebab tak tunduknya pandangan mata,
Itu benar-benar kembali,
Pada titik semula.
Tanpa rasa.
.
Hamba yang membutuhkan nasehat.
Caption : Gilang Raksa Dipraja.

Follow @hijrahsquad
Follow @hijrahsquad
Follow @hijrahsquad

By @_itsmeana  

Minggu, 22 Januari 2017

Cukup Ar-Rahman mu menjadi Mahar ku

Cukup Ar-Rahman mu menjadi Mahar ku

Mengapa harus Ar-Rahman?
Pikiran Ahmad melalang buana mencari kira-kira jawabannya. Ar-Rahman adalah syarat hapalan yang harus ia penuhi bila hendak melamar Aisha, seorang gadis anak salah satu ustad di desa ujung ibu kota.
Itu permintaan Aisha. Begitu Ustad Amir, ayah Aisha, menerangkan. Bila memang Nak Ahmad berkenan, kini giliran ibu Aisha yang angkat bicara, datanglah lagi ke sini dua minggu lagi untuk menyetor hapalannya. Namun bila Nak Ahmad tidak datang kesini pada hari yang sudah ditentukan, maka kami anggap Nak Ahmad tidak menerimanya syarat itu.
Ahmad hanya tersenyum gamang mendengar permintaan yang aneh menurutnya itu. Ada-ada saja keluarga ini. Gerutunya dalam hati. Setelah mengiyakan, ia pamit pulang. Rasanya tak betah lama-lama dalam suasana yang kaku seperti itu.
Ahmad masih berpikir sambil menyetir mobilnya. Kendaraan roda empat berwarna silver itu melaju dengan kecepatan sedang. Menerobos rintik-rintik hujan yang kian menderas. Membawanya kembali ke gemerlapnya ibu kota.
Hampir dua jam ia menapaki jalanan licin bersama mobil kesayangannya, tepat adzan isya berkumandang, Ahmad sampai di rumahnya. Rumah bergaya klasik berlantai dua itu terlihat megah. Lampu taman seolah ikut memeronakan cantik di sekelilingnya. Dari dalam rumah, tampak sesosok laki-laki setengah baya keluar tergopoh-gopoh membukakan pintu pagar setelah mendengar klakson dari mobil tuannya. Kemudian ia sigap sedikit menundukkan badan ketika mobil silver itu melewatinya. Dia Pak Kosim, salah satu pembantu di rumah Ahmad.
Ahmad menggeliat perlahan. Berusaha menghilangkan penat yang menjalar di seluruh tubuhnya. Hari ini betul-betul melelahkan sekaligus membuat bingung. Setelah memarkirkan mobil, ia langsung menuju kamarnya. Sekilas ia melihat ibunya sedang memperhatikan kepulangannya. Ibunya tersenyum. Raut mukanya menunjukkan keingintahuan tentang misi anak semata wayangnya. Melamar anak teman baik suaminya. Namun Ahmad tak mengindahkan. Maaf Bu, aku lelah. Begitu desah batinnya. Sang ibu sepertinya mengerti. Ia menurungkan niat untuk menyusul ke kamar Ahmad.
Kini, badannya terasa segar kembali setelah mandi dengan air hangat. Ahmad merebahkan tubuhnya perlahan. Matanya menatap hampa ke arah langit-langit kamarnya. Aah, jika tidak karena desakan Papa, tak sudi aku menikah dengan orang yang sama sekali aku tak kenal. Bagaimana aku mau suka, jika melihatnya saja aku belum pernah. Pikiran Ahmad kembali berplesir tak karuan. Bagaimana jika anak ustad itu ternyata jelek? Aisha... Aisha... beberapa kali ia melafalkan nama gadis itu. Namanya saja kampungan. Tapi, mengapa Papa bersikeras menginginkan aku menikah dengan anak Pak Umar itu?
Sejenak matanya menyisiri kamarnya yang luas. Tepat di atas meja. Matanya berhenti. Mengamati sebuah kitab yang sudah sangat lama ia tinggalkan. Al-Qur’an. Teringat akan pesan Pak Amir tadi siang. Aisha menginginkan ia menghapal Surat Ar-Rahman. Sedikit malas, ia beringsut dari tempat tidurnya yang empuk. Perlahan ia mengambil kitab itu dan mulai membukanya. Tak begitu sulit ia menemukan nama surat yang ia inginkan. Surat ke-55 tepat berada di halaman 531. Hanya 78 ayat, batinnya berguman. Dadanya bergejolak ringan. Aku akan menghapalkannya cukup dengan satu minggu. Tekadnya bulat.
***
”Sayang, bagaimana kemarin? Sukses?” Ibu Ahmad langsung mengeluarkan rasa penasarannya saat melihat Ahmad menuju ruang makan.
”Aisha menginginkan Ahmad menghapal Surat Ar-Rahman sebelum melamarnya, Ma. Dan dua minggu lagi aku harus ke sana untuk menyetor hapalan.”
Ibu Ahmad hanya berdehem. Dahinya mengernyit bingung. Ia pun tak mengerti dengan pola pikir keluarga sahabat suaminya itu.
”Sudah bertemu dengan Aisha nya? Bagaimana? Orangnya cantik?”
”Belum. Kemarin aku hanya diterima oleh kedua orang tuanya.”
”Hmm, apa seperti itu ya cara seorang Ustad memberlakukan calon mantunya? Yaudah sayang, jika memang Ahmad tidak menyukai dia. Batalkan saja. Toh, Papa mu dulu hanya menyarankan bukan membuat keputusan final.” Kali ini sedikit emosi Ibu Ahmad menuturkan kalimatnya.  Ia tidak suka. Dia merasa anaknya tidak diberlakukan dengan baik.
”Tidak, Ma. Ahmad belum menyerah. Ahmad akan buktikan kalo Ahmad bisa.”
Emosinya sedikit mereda. Ia tersenyum. Dipandanginya wajah anaknya lekat-lekat. Keteguhannya sangat mirip dengan almarhum papanya. Hatinya membatin bangga.
***
Hari ini cerah. Tak sedikit pun mendung terlihat bergelayut di dinding langit. Hanya awan putih yang berlayar di birunya cakrawala. Ini minggu kedua tepat di hari ia berjanji akan datang lagi ke rumah Aisha. Ahmad telah siap. Bermodalkan hapalan surat Ar-Rahman, ia melajukan mobilnya menuju rumah Aisha. Sepanjang perjalanan ada perasaan gugup yang menyergap. Ya Allah, mudahkanlah. Ia berdoa khusyuk.
Tepat pukul sepuluh, ia telah sampai di perkarangan rumah Aisha. Rumah mungil bercat putih itu tampak asri. Tamannya menawan indah. Menyejukkan setiap mata yang memandangnya. Ia keluar dari mobilnya. Perlahan, ia menarik napas panjang. Semangat. Pekiknya dalam hati.
Di beranda, terlihat Ustad Amir telah berdiri dengan senyum khasnya. Kali ini ia sendiri. Tak terlihat istrinya.
Setelah mengucapkan salam. Ia dipersilakan masuk. Tak lama kemudian istrinya datang dengan membawa nampan berisi minuman dan sedikit kudapan.
”Silahkan dicicipi. Ndak perlu sungkan. Ini yang buat Aisha loh.” dengan logat jawanya yang masih kental terasa, Ibu Aisah mempersilahkan aku mencicipi hidangannya dengan sedikit menggoda ku. Aku tersenyum dan menganggukan kepala.
”Terima kasih, Bu.” jawab ku sesantun mungkin.
Aku menarik napas panjang perlahan. Berusaha menghilangkan rasa canggung yang ada. Ustad Amir sepertinya tahu kegelisahanku. Ia memperhatikan dengan senyumannya.
”Bagaimana? Sudah mau dimulai hapalannya?”
Aku mengangguk. Setelah membenarkan posisi duduk ku. Aku mulai menyetorkan hapalan ku. Di mulai dengan ta’awudz. Ustad Amir begitu serius mendengarkannya.  Ku pejamkan mataku agar konsentrasi ku penuh.
Tabaarokasmu robbika dziil jalaali wal ikroom.
Hingga ayat ke-78 berhasil ku selesaikan. Sukses. Menurutku.
”Alhamdulillah. Jayyid jiddan.” Ia tersenyum puas. Meskipun aku tak mengerti apa yang baru saja beliau ucapkan. Tapi dari raut mukanya aku tahu ia memujiku. Alhamdulillah. Aku bersyukur dalam hati.
Ustad. Ku panggil Ia perlahan. Ia merespon. Menunggu lanjutan kalimat ku. Namun, kata-kata ku tertahan. Berat sekali untuk melanjutkannya. Bolehkan aku melihat Aisha? Akhirnya kalimat berton-ton itu mampu ku keluarkan.
”Oo, jika itu kehendak Nak Ahmad, ya boleh saja. Sebelum melanjutkan ke tahap pernikahan. Rosulullah pun menganjurkan untuk melihat calon pendampingnya.”
Jawabannya santai. Sangat terbalik dengan apa yang aku pikirkan sebelumnya. Aku bernapas lega.
”Aisha, kemarilah sayang.”
Aah, lembut sekali ia memanggil anaknya. Tak berselang lama sesosok gadis berkerudung coklat sepadan dengan gamisnya keluar dari ruang tengah.
Seketika badanku bergetar hebat. Dadaku berguncang tak karuan. Jantung ku kempang-kempis. Subhanallah, bidadari dari syurga mana yang kau kirimkan ke bumi ini? Belum sempat aku mengembalikan posisi hati ku. Dia tersenyum. Hati ku semakin meleleh melihatnya. Aku menunduk. Tak mampu lama-lama memandangnya.
”Bagaimana Nak Ahmad? Apakah engkau mau melanjutkan lamaran ini?” Ustad Amir menyelidik.
”Ust, sungguh tak ada alasan untuk saya menolaknya.” Jawab ku tersipu malu, masih menunduk. Wajah ku memerah.
”Alhamdulillah. Bagaimana dengan Aish, apakah juga bersedia menikah dengan Nak Ahmad?”
Aisha diam. Ruangan itu senyap. Menunggu jawaban Aisha. Hati ku galau. Jangan-jangan ia menolak? Yaa Robbi, jangan sampai. Hati ku berharap cemas.
”Diamnya seorang gadis menunjukkan persetujuannya.” Ayah Aisha memecah suasana. Wajah ku terangkat. Lurus menatap wajah Ustad Ahmad. Benarkah, Ust? Tanpa sadar aku menanyakan kembali. Menegaskan.
”Betulkan Aish?” Ustad Amir melemparkan pertanyaan ku kepada Aisha. Perlahan Aisha mengangguk. Wajahnya bersemu merah. Senyum ku seketika mengembang. Hati ku bersorak riang.
”Tapi, Aish ingin pernikahannya dilaksanakan hari ini juga, ba’da ashar.”
Senyum ku tiba-tiba redup. Napasku tertahan. Kembali jantung ku terasa mau lepas mendengar permintaannya.
”Apa? Hari ini? Tapi saya belum menyiapkan apa-apa. Mahar pun belum ada.”
Aku mengungkapkan kebingungan ku. Rasanya mustahil menikah secepat kilat seperti ini. Tak ada persiapan sama sekali.
“Cukup Ar-Rahman mu menjadi maharku.” jawabnya lembut.
“Baik kalo begitu. Saya akan menelpon Mama untuk memberitahukan berita ini.”
Aku meminta izin keluar sejenak. Mama harus diberi tahu berita ini.
”Halo, ada apa sayang? Kamu ditolak? Udah Mama duga, mereka hanya ingin mempermainkan kamu.”
Aku berdehem. Tersenyum mendengarkan celotehan Mama yang tak berhenti. Tidak, Ma. Jawab ku singkat. Mama langsung terdiam. Kesempatan ku untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi.
”Ma, Aisha menginginkan menikahnya hari ini setelah ashar.”
”Hari ini? Aduuh, keluarga itu senang banget bikin jantungan.”
Terdengar Mama kembali berceloteh. Aku tertawa geli.
“Yaudah, Mama cepet kesini ya!”
Mama mengiyakan meski masih terdengar shock. Aku menutup telpon setelahnya. Hmm, benar kata Mama, keluarga calon istri ku itu selalu buat jantungan. Aku kembali tersenyum.
***
Adzan ashar berkumandang di masjid Asy-Syafi’i di dekat rumah Aisha. Aku dan seluruh keluarga sholat akan berjama’ah disana. Masjid hampir penuh. Aku takjub dengan masyarakat disini selalu menjaga sholat jama’ahnya dimasjid. Laki-laki dan perempuan. Sebelum sholat. Ustad Amir berdiri di depan mihrab sambil memegang microphone. Memberitahukan perihal akad nikah kami yang akan dilaksanakan hari ini di sini.
Setelah sholat, acara akad nikah kami pun dimulai. Hati ku dagdigdug tak karuan. Keringa dingin membasahi badan ku. Masih belum percaya dengan apa yang terjadi. Aku akan menikah hari ini. Di masjid sederhana. Dengan hanya bermahar Surat Ar-Rahman.
”Bagaimana sah?”
”Sah.” jawab para saksi hampir berbarengan.
Alhamdulillah, semua bertahmid lega. Begitu pun dengan ku. Aku melirik Aisha yang duduk di samping ibunya bersama para jama’ah lain. Ternyata dia pun sedang melirik ke arah ku. Mata kami beradu. Dia terlihat salah tingkah. Tersenyum sambil menunduk malu. Aah, cantiknya.
Setelah prosesi ijab qabul. Semua jama’ah memberi selamat kepada kami. Jingga keemasan menghias ufuk barat. Indah memesona. Seakan ingin ikut menghiasi hati ku yang gembira.
***
Sayang, mengapa harus Ar-Rahman?
Tanya ku pada bidadari ku suatu sore. Dia tersenyum. Menghentikan kegiatannya yang sedang membaca sebuah buku. Beranjak dari duduknya dan bergeser mendekat kepada ku.
“Ar-Rahman, surat yang bernama salah satu Asmaul Husna bermakna Yang Maha Pengasih. Aku ingin kehidupan ku dengan mu dipenuhi oleh rahman-Nya. Dalam surat itu pun Allah menceritakan tentang syurga dan neraka. Aku ingin engkau selalu mengingatkan ku tentang keindahan syurga dan berusaha menggapainya serta pedihnya neraka dan berusaha menjauh darinya. Dalam surat itu pun aku ingin engkau mengingatkan ku tentang makna syukur atas nikmat-nikmat Allah.”

Aku tersenyum. Ku cium keningnya. Subhanallah. Sesungguhnya engkaulah yang mengingatkan ku tentang semua itu, Istri ku. Aku bersyukur telah dipertemukan dengan mu. Allah, sungguh nikmat terbesar-Mu adalah Engkau memberikan dia untuk ku.

**SELESAI**

Sumber : postingan di grup WA pecinta sholawat (khusus akhwat)

Jumat, 20 Januari 2017

Assalamualaikum akhi...

Teruntuk akhi pilihan Allah SWT yang entah siapa dan dimana.

@Regrann from @tausiyahcinta_  -  .
Follow @catatancintamuslimah
Follow @catatancintamuslimah
.

Assalamu'alaykum akhi..
Bagaimana kabarmu kini?
Bagaimana imanmu kini?
Aku disini menantimu,
Aku disini mendoakanmu,
Agar diri dan imanmu baik selalu..
.
Tahu kah akhi?
Cinta itu melepaskan,
Melepaskan angan-angan yang belum seharusnya dilakukan.
Cinta itu merelakan,
Merelakan sesuatu yang belum seharusnya dimiliki.

Tahu kah akhi?
Menjauh dari sesuatu yang dicintai itu amat sulit, tak jarang membuat hatiku sakit.
Berusaha tak mengetahui kabarmu itu susah, selalu saja ada yang membuatku resah.
Berpura-pura tak peduli itu perlu nyali, bukan berarti aku tak tertarik, hanya saja aku harus menjaga hati.
.
Tahu kah akhi? Menjauhimu adalah caraku mencintaimu, menjagamu, mengagumimu dalam setiap doaku.
Karena aku ingin bersamamu dalam dekapan cintaNya, berjuang bersama menggapai ridhoNya.
Bukan bersama dijalan yang dimurkaiNya, atau ikatan haram menimbun dosa.
.
Tahu kah akhi? aku disini sedang memantaskan diriku, memperbaiki imanku, memperbaiki akhlakku.
Aku ingin menjadi sebaik-baik perhiasan dunia,
Aku ingin menjadi seindah-indah bidadari syurga,
Dan menjadi sehebat-hebat madrasah bagi anak-anak kita.
Karena aku percaya, Laki-laki yang baik, untuk perempuan yang baik. Dan sebaliknya, laki-laki yang keji untuk wanita yang keji (pula). (Q.S Annur : 26)
.
Aku harap, engkau disana sedang memperbaiki dirimu seperti aku memperbaiki diriku.
Aku menjaga auratku, kamu menjaga pandanganmu.
Aku perbaiki akhlakku, kamu perbaiki imanmu.

Semoga kita segera dipertemukan,
Karena yang Menjaga, akan bersama dengan ia yang Terjaga. InsyaaAllah .
.
Menulis, mengingatkan diri sendiri.
@hanummahadistbelma  -  https://www.instagram.com/p/BPfYH2EhdgS/

Regrann App - Repost without leaving Instagram - Download Here : http://regrann.com/download